Memang, Tak Sekadar Percakapan
Dan diakhir malam ini, juga dapat renungan dari seseorang. Agak beda, tapi masih setopik...
Sebelumnya, sebagai pembicara kita memang harus untuk hati-hati menata niat kita untuk berbicara. Namun.. bagaimana sikap kita jika sebagai pendengar?
Ya kita juga harus lebih terbuka terhadap segala niat si pembicara, bukan tentang niat buruknya, toh jangan juga menduga niatan buruk seseorang, tapi sebenernya lebih ke niat "yang lain" nya.
Bagaimana kalau seandainya si pengajak bicara ini, tidak mempermasalah kan konten pembicaraan? tapi di dalam hatinya dia cuma ingin berjumpa dengan si pendengar, cuma ingin mengobrol dengan si pendengar, cuma ingin menjalin silatuhrahmi, ingin melepas kepenatannya, dari tekanan yang dia alami, dan hal-hal lain. Masihkah kita enggan untuk mendengarkan?
Sebelumnya, sebagai pembicara kita memang harus untuk hati-hati menata niat kita untuk berbicara. Namun.. bagaimana sikap kita jika sebagai pendengar?
Ya kita juga harus lebih terbuka terhadap segala niat si pembicara, bukan tentang niat buruknya, toh jangan juga menduga niatan buruk seseorang, tapi sebenernya lebih ke niat "yang lain" nya.
Bagaimana kalau seandainya si pengajak bicara ini, tidak mempermasalah kan konten pembicaraan? tapi di dalam hatinya dia cuma ingin berjumpa dengan si pendengar, cuma ingin mengobrol dengan si pendengar, cuma ingin menjalin silatuhrahmi, ingin melepas kepenatannya, dari tekanan yang dia alami, dan hal-hal lain. Masihkah kita enggan untuk mendengarkan?
Komentar
Posting Komentar
Tinggalkan jejak disini