Sampai Takdir yang Memisahkan
Seorang pemuda ditegur satpam karena masuk ke area ruang tunggu. Dengan alasan ingin mengucapkan selamat tinggal ke ibunya yang sudah menua. Kini satpamnya sudah berjumlah dua dan si anak masih tetap berdiri kokoh menatap jendela kereta dari peron stasiun.
Di baliknya, di mana sang ibu berdiri di dalamnya melambaikan tangannya sambil tersenyum mengucapkan selamat tinggal. Ibu tersebut tersenyum dan terus melambai sampai kereta berjalan, dan semakin cepat, dan menjauhkan pandangan mereka berdua. Sampai takdir memisahkan mereka berdua. Sang ibu bisa duduk kembali di kursinya dengan puas dan bahagia.
...
Sayangnya itu cuma khayalanku yang duduk di sebelahnya. Karna yang terjadi pagi itu sang Ibu mencari-cari anaknya melalui jendela kereta, menyapu seluruh bagian stasiun. Tapi tidak berhasil menemukan. Si anak sudah tidak ada, pergi, entah kemana. Tidak ada lambaian tangan. Tidak ada yang memisahkan. Kereta berangkat, dan Sang Ibu duduk kembali dengan wajah lesu menatap jendela.
Di baliknya, di mana sang ibu berdiri di dalamnya melambaikan tangannya sambil tersenyum mengucapkan selamat tinggal. Ibu tersebut tersenyum dan terus melambai sampai kereta berjalan, dan semakin cepat, dan menjauhkan pandangan mereka berdua. Sampai takdir memisahkan mereka berdua. Sang ibu bisa duduk kembali di kursinya dengan puas dan bahagia.
...
Sayangnya itu cuma khayalanku yang duduk di sebelahnya. Karna yang terjadi pagi itu sang Ibu mencari-cari anaknya melalui jendela kereta, menyapu seluruh bagian stasiun. Tapi tidak berhasil menemukan. Si anak sudah tidak ada, pergi, entah kemana. Tidak ada lambaian tangan. Tidak ada yang memisahkan. Kereta berangkat, dan Sang Ibu duduk kembali dengan wajah lesu menatap jendela.
Komentar
Posting Komentar
Tinggalkan jejak disini