Doraemon
Rutinitas malam minggu kalau lagi nganggur dan sedikit ada uang, jalan-jalan ke toko buku. Tapi semalam ada suatu hal yang gak biasa.
Sebenernya bapak itu ada di depanku ketika mengantri waktu membayar di kasir. Tapi aku gak memperhatikan apa yang dia beli karena aku sibuk lihat-lihat buku yang dipajang di etalase dekat kasir. Dan aku bingung dan dibuat speechless ketika melihat apa yang bapak itu beli di meja penyampulan buku. Sebuah komik Doraemon.
Bapak ini berkulit gelap dan mengenakan batik yang terlihat kusam, sekilas menebak beliau bukanlah pengendara mobil. Mengenakan topi tidak bermerek, juga seakan memberitahu beliau mungkin juga tidak mengendarai motor. Atau mungkin mengendarai tapi tanpa mengenakan helm. Dilihat dari raut wajahnya datar sekali, tidak ada rasa senang atau puas, atau rasanya pandangan beliau sedikit kosong dan melamun. Umurnya tebakanku sekitar 50-60 tahunan.
Untuk apa bapak ini beli komik Doraemon?
untuk anaknya kah? kenapa tidak mengajak anaknya?
bagaimana bapak ini tahu edisi yang diinginkan?
atau setidaknya yang beda dengan yang ada di rumah?
atau untuk dirinya sendiri kah? apa tidak terlalu tua untuk membeli sebuah komik?
komik yang bahkan sudah tidak terbit lagi?
Pertanyaan-pertanyaan muncul bertubi-tubi berulang-ulang, sampai melamun, sampai sadar bapak itu sudah menghilang di antrian menyampul buku, sebelum aku sempet bertanya. Kadang sebel juga, kenapa terlalu lama menghabiskan waktu berpikir untuk sekedar bertanya dan memulai pembicaran, "Untuk anaknya, Pak?"
Entah kenapa, adegan tadi terus kepikiran di perjalanan pulang. Dan entah kenapa, setiap mikirinnya rasanya ada rasa sedih. Entah, rasanya ada sesuatu yang salah aja, ada yang nggak pas.
Sebenernya bapak itu ada di depanku ketika mengantri waktu membayar di kasir. Tapi aku gak memperhatikan apa yang dia beli karena aku sibuk lihat-lihat buku yang dipajang di etalase dekat kasir. Dan aku bingung dan dibuat speechless ketika melihat apa yang bapak itu beli di meja penyampulan buku. Sebuah komik Doraemon.
Bapak ini berkulit gelap dan mengenakan batik yang terlihat kusam, sekilas menebak beliau bukanlah pengendara mobil. Mengenakan topi tidak bermerek, juga seakan memberitahu beliau mungkin juga tidak mengendarai motor. Atau mungkin mengendarai tapi tanpa mengenakan helm. Dilihat dari raut wajahnya datar sekali, tidak ada rasa senang atau puas, atau rasanya pandangan beliau sedikit kosong dan melamun. Umurnya tebakanku sekitar 50-60 tahunan.
Untuk apa bapak ini beli komik Doraemon?
untuk anaknya kah? kenapa tidak mengajak anaknya?
bagaimana bapak ini tahu edisi yang diinginkan?
atau setidaknya yang beda dengan yang ada di rumah?
atau untuk dirinya sendiri kah? apa tidak terlalu tua untuk membeli sebuah komik?
komik yang bahkan sudah tidak terbit lagi?
Pertanyaan-pertanyaan muncul bertubi-tubi berulang-ulang, sampai melamun, sampai sadar bapak itu sudah menghilang di antrian menyampul buku, sebelum aku sempet bertanya. Kadang sebel juga, kenapa terlalu lama menghabiskan waktu berpikir untuk sekedar bertanya dan memulai pembicaran, "Untuk anaknya, Pak?"
Entah kenapa, adegan tadi terus kepikiran di perjalanan pulang. Dan entah kenapa, setiap mikirinnya rasanya ada rasa sedih. Entah, rasanya ada sesuatu yang salah aja, ada yang nggak pas.
Komentar
Posting Komentar
Tinggalkan jejak disini