Musim hujan di Surabaya kali ini berlangsung berbeda...
lebih deras... bahkan banjir yang terjadi juga lebih parah...
dan kali ini ku sering lihat orang-orang yang mengeluh akan ini...
keluh kesah yang tiada manfaat...
"Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula." [Al-Zalzalah: 7-8] Wah, sebenernya ayat ini dalem banget loh. ini berarti setiap tindakan kecil kita itu juga akan dipertanyakan di akhirat nanti. Kali ini mau saya bahas sedikit tentang "Sudah halalkah font kita". Ya, font yang kita pakai ini. Representasi wajah tulisan di web atau hasil ketikan di komputer. Lisensi Font Seperti apapun di dunia internet ini, semua berlisensi. Dan tahukah kalian, kalau font yang ada di komputer Windows itu sebenarnya juga tidak gratis, bahkan font-font yang kalian download dari situs-situs penyedia layanan font seperti Dafont , FontSquirrel , dan sebagianya itu juga tidak semuanya bisa digunakan seenaknya loh.
weh, ngeri banget judulnya, hehe sebenernya maksud pos ini adalah kisah duka di daerah jogja yang aku rasain sejak masuk UGM... sisi negatif itu sebuah pendapat, tidak benar secara mutlak, dan bisa juga tidak salah secara mutlak nah, setelah 1 semester kuliah, yah, sudah pas 1 semester, kemarin siang baru aja registrasi semester 2, aku pingin menjawab sebuah pertanyaan yang aku dapet ketika promosi UGM di Surabaya: "Mas, Di Jogja katanya pergaulannya buruk? bener gak sih?" mungkin aku buka dulu dengan pendapat temen-temen jogjaku " Hmmm, menurutku tergantung komunitas yg dipilih apa dulu. DI jogja banyak banget komunitas mulai dari yg positif sampe yg negatif ada. Tergantung lingkungan kita tinggal di Jogja. Kalo menurutku overall asal kita gak aneh-aneh mau gabung ke komunitas yg negatif kayak komunitas 'coret-coret tembok' misalnya, ya pergaulan di kota Jogja relatif bagus sih gak buruk. Toh di sini masih ada budaya 'pekewuh' (tahu malu...
Post terakhir sebelum kembali ke Surabaya tercinta. Karena buku-bukuku banyaknya di Jogja jadi mau ngepost lagi tentang resensi buku yang pernah aku baca. buku Steal Like an Artist tidak semahal buku yang aku resensi sebelumnya, Blah Blah Blah . Tapi buku ini tetep punya kualitas yang pantes untuk dibaca. [Intermezo] Jujur saja, aku sendiri lebih suka beli buku yang penulisnya adalah orang-orang luar negeri seperti Austin Kleon ini, atau Dan Roam, atau Malcolm Gladwell (salah satu bukunya bakalan aku resensi di sini). Kenapa? entah, rasanya setiap beli buku dari mereka-mereka ini wawasan nambahnya lebih banyak, karena penulis-penulis dari luar biasanya tidak malas untuk melakukan riset bertahun-tahun walau untuk mengeluarkan buku setebal 150 halaman. Bukan aku tidak cinta bangsa Indonesia, tapi ini bisa jadi pemicu semangat penulis buku-buku Indonesia untuk lebih memperhatikan kualitas karyanya. Tidak asal publish seperti kata founder PicMix, Calvin Kizana. Kembali ke buku St...
Komentar
Posting Komentar
Tinggalkan jejak disini