Alamri

Di pertemuan pertama pelajaran kesenian di SMA, guruku mengajukan pertanyaan yang sempat bikin sekelas diam:
Apakah saya seorang seniman?

Pertanyaan ini rasanya jebakan banget, bisa jadi kita harus menjawab "Iya" atau bisa juga "Tidak". Beberapa detik awal teman-teman cukup yakin untuk menjawab "Iya" tapi beberapa detik kemudian kita sama-sama gak yakin sama jawaban kita.
Bagaimana kamu bisa bilang saya seniman padahal kamu belum pernah lihat karya saya. Seniman itu dikenal dengan karyanya.

Jawabanya setelah beberapa saat sekelas bingung.

Hikmah:
Jadi sebenarnya beliau berharap kita tidak men-judge seseorang berdasarkan jabatan yang sedang dia pegang. Beliau memang guru kesenian, tapi jika kita belum melihat karyanya belum melihat geliatnya di dunia seni, maka jangan terburu-buru untuk memanggilnya dengan sebutan seniman.

Kadang kita ngerasa men-judge seseorang dengan hal yang buruk itu sesuatu yang salah. Tetapi men-judge seseorang dengan hal yang baik, itu juga tidak selamanya benar. Membesar-besarkan pujian yang awalnya hanya dari dugaan sederhana, mengabarkan ke orang lain sehingga semua berpikiran sama, dan akhirnya berekspektasi lebih. Bagaimana seandainya sebuah keputusan terlahir karena dugaan "baik" itu? bisa jadi seorang kepala sekolah akan mengangkat seseorang untuk menjadi guru kesenian, hanya karena kata orang dia seniman.

"Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu" - QS. Al-Hujurat:6

Komentar

Posting Komentar

Tinggalkan jejak disini

Postingan populer dari blog ini

Sudah halalkah Font kita?

My Font

Singapore!: The Contest