Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2016

Chat Time

Normalnya, orang akan lebih berhati-hati gak sih kalau ngobrol di chat di dunia maya? Prinsip berpikir sebelum bicara biasanya bener-bener dipake di sini. Makanya banyak kejadian orang yang jadi terlihat "lebih baik" di dunia maya. Terus berujung ke penipuan lawan bicaranya, dan seterusnya, dan seterusnya. Tapi, gimana kalau kamu bisa melihat sifat buruk seseorang dari obrolannya di dunia maya? sifat yang keliatan banget. Enggan mau ngaku salah, enggan minta maaf, arogan, egois, dan sebagainya. Apa dia gak berusaha nutupin? atau memang sengaja diumbar? atau memang dia gak sadar sama sifat ini jadinya dia gak coba tutupi di dalam chat atau.. mungkin ini cuma perasaanku aja... :/ *catetan pemikiran random ditengah chat dengan seseorang *bukan berarti yang lagi chat dengan saya orangnya buruk *bukan juga mau promosi toko yang jual es teh sampai 25ribu di belakang mirota kampus yang namanya sama dengan judul post ini

Sholat saya cenderung lama loh

Kata Pak Rifqi pas lagi mau jadi imam sholat maghrib kemarin lusa. Terus dalam hati aku jadi inget, dulu pernah ngerasain sholat terawih di Masjid Mujahidin di Surabaya sana. Sholatnya lamaaa banget, satu rokaatnya kira-kira setengah jam. Sholat sampai gak fokus pas itu, udah gitu sholat terawihnya juga pas tengah malem. Akhirnya pas beberapa waktu kemudian diajak temen sholat ke sana lagi, aku nolak. Alasannya ya itu, sholatnya jadi malah gak bisa fokus, kebawa ngantuk dan capek. Terus jawaban salah seorang yang ngajak pas itu, pas ndenger jawabanku, "Ya itu karena kita belum bisa mahami apa yang dibaca imam, ayo semangat belajar bahasa Arab, perbanyak hafalan Qur'annya jadi suatu saat kita bisa nikmatin sholat di sana" #jleb

Untukku Masalahku

Beberapa jam setelah aku post tentang prioritas , gak sengaja nguping obrolan orang yang masih setopik dengan postingan itu. Masalahmu masih gak sebanding kok sama masalahku", katanya Menurutku kalimat ini termasuk kalimat yang perlu diwaspadai pemakaiannya. Untuk beberapa orang mungkin akan, " Iya juga, apa yang aku alami belum apa-apa, alhamdulillah ". Tapi sebaliknya bisa jadi beberapa orang malah akan, " Oh ya?! emang kamu tahu masalahku? sok tau banget sih! "

Lovely view

Gambar
kangen nggambar di paint + pemandangan UGM yang akhir-akhir ini banyak kupu-kupu

Resensi: Cabin Notes

Gambar
Kemarin tanggal 24 Desember diajakin main ke togamas, udah lama juga gak mampir toko buku. Rencananya beli komik buat adekku yang katanya mau ke Jogja besoknya. Juga nyari bacaan ringan yang ngerehatin di tengah skripsi. Terus nemu buku ini, harganya 50rban, 200an halaman Random banget milihnya, pokoknya setelah tahu itu buku ceritanya nonfiksi jadi langsung pingin beli. Bayanganku aku bakal bisa dapet perspektif baru dari seorang pramugari pesawat. Dan ya, dapet banget. Buku Cabin Notes ini bener-bener notes. Kumpulan dari artikel-artikel yang ditulis oleh salah seorang pramugari yang memiliki beragam pengalaman, Pratiwi Hidayat, dan dikelompokkan menjadi empat bab besar: Thrust, Lift, Drag, dan Weight, empat istilah yang berhubungan erat dengan dunia penerbangan. Buku ini menceritakan suka-duka-warna-warni kehidupan seorang pramugari, seperti bagaimana susahnya menjalani tes karena batasan umur, hingga rasa bahagia ketika menerima ucapan terima kasih dari penumpang pesawat.

Prioritas

Semua orang punya prioritas yang berbeda, ada yang memprioritaskan untuk bisnis dulu, kepentingan keluarga dulu, atau pendidikan dulu,. atau sebagainya, atau sebagainya. Menurutku perbedaan itu nggak masalah kok, toh, tiap orang punya jalan hidup yang beda-beda. Apapun prioritas kita, tentukan pilihan itu dengan hati-hati. Apapun prioritas kita, kita mesti tanggung jawab terhadap pilihan kita. Tapi, yang kadang aku gak suka adalah ketika ada orang yang merendahkan prioritas orang lain. "Ngapain ngurusin kuliah mulu, yang penting itu bisa dapet penghasilan dulu, bla bla ba" "Kamu yakin mau fokus kerja? gak bakal maju bro, yang penting itu kuliah dulu, bla bla bla" Kadang mereka mengira memberi saran, tapi kenyataannya, aku yang melihat dan mendengar kejadian seperti itu merasa salah satu pihak sedang dihina cita-citanya.