Hikmah dari Merauke [4]


Diambil dari jendela kamar hotel
"Loh Pak, di sini ini atap rumahnya pakai seng semua ya? apa tidak panas?", salah satu pertanyaan yang muncul dari kami setelah memperhatikan  ciri rumah yang unik-unik. Selain beratap seng, rumah di merauke bentuknya biasanya hanya kotak biasa tanpa bentuk yang aneh-aneh, punya halaman luas yang mengitari rumah, dan pagar yang terbuat dari seng atau kawat berduri.

"Ya di sini genteng mahal, mampunya hanya beli seng, ya seng aja yang dipakai untuk atap rumah. Kalau panas, ya jelas panas", Jawab Pak Gerzon.

Sekilas langsung kebayang dengan isu beberapa waktu lalu yang bensin di sini harganya sempat mahal sekali. Juga jangan tanya harga barang-barang lainnya. Di sini belum ada Alfamart atau Indomaret. KFC saja baru ada satu yang buka beberapa waktu lalu. Kadang, kita ngerasa Indonesia itu sudah cukup maju di Jawa, tapi setelah di sini, kita bener-bener bisa ngerasain yang namanya gap dalam ekonomi terasa sekali.

Di hari-hari terakhir saya sempat bertanya ke salah satu dosen di Universitas Musamus, "Bu, Ibu kan pernah tinggal di Jawa, kalau menurut Ibu, perbandingan Gaji dan pengeluaran di Jawa sama di Merauke sama tidak bu?".. "Beda, jauhlah, ini saya masih baru-baru ini gaji saya naik mas, dulu gaji saya masih tidak banyak-banyak sekali. Teman saya juga masih banyak yang gajinya rendah. Padahal biaya hidup di sini lumayan mahal toh?"

*catatan: semua dialog ditulis secara kira-kira berdasar ingatan saya

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sudah halalkah Font kita?

My Font

Singapore!: The Contest