Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2016

Hei Aku Butuh Saran

Gambar
Jadi insyaAllah aku berniat ambil S2, setelah hampir 4 tahun menggeluti bidang komputer di Ilmu Komputer UGM. Terus malem ini kepikiran dengan dua pilihan yang bikin galau, galau bangetzz malah (pake 'z' dua kali). Jadi butuh kalian untuk minta saran (aku harap kalian tentukan pilihan jawaban kalian sebelum baca penjelasanku di bawahnya): 1. Kuliah S2 di Universitas ****  swasta gak terkenal yang juga mahal tapi di bidang komputer 2. Kuliah S2 di Harvard dengan beasiswa full tapi di bidang akutansi *** Bingung? sama. Sebenernya itu adalah analogi dari pernyataan yang lagi rame akhir-akhir ini: "Mending Milih Pemimpin Non-Muslim Tapi Adil dari pada Pemimpin Muslim Tapi Koruptor" Mohon maaf, tapi aku langsung meragukan pemikiran seseorang yang dengan mudah menyatakan pernyataan tersebut terkhusus untuk kasus terhangat pemilihan gubernur yang mayoritas warganya muslim. Emang semua muslim (termasuk dirimu) di situ koruptor semua? Emangnya tahu dari man

Mengenal Orang Jakarta: Mungkinkah?

Halaman 85 dari buku "Tiada Ojek di Paris" karya Seno Gumira Ajidarma. Buku yang menarik, sampai-sampai gak mau aku cepet habisin bacanya. "Saya kira saya sudah lebih dari lima belas tahun saya selalu melihat kura-kura (peliharaan) itu berenang, makan, merayap ke sana kemari. Namun baru belakangan saya sadari, betapa saya tidak tahu sesuatu pun tentang kura-kura itu: mestinya makan apa, bagaimana sifat-sifatnya, berapa lama ia hidup, dan macam-macam hal yang ringan-ringan saja- boro-boro nama dalam bahasa Latin-nya, Sudah lima belas tahun makhluk itu ada di depan saya tetapi bahkan jenis apa kura-kura itu saja, saya tidak pernah berusaha mengenalnya. Mana yang jantan dan mana yang betina saja saya tidak tahu. Tidakkah ini keterlaluan? Tapi, kita semua sering melakukan hal yang sama." Iya juga, dari pada kita mengenal seseorang dari fakta, kebanyakan dari kita cuma mengenal dari "dzon" alias dugaan saja. Dugaan yang bisa terbangun dari pengalaman, kesir

Do You Remember?

Gambar
ceritanya nemu ini di 9gag, terus kebayang, langsung tutup 9gag, IYKWIM

Yogyakarta

Gambar
Walau kini kau t'lah tiada tak kembali Namun kotamu hadirkan senyummu abadi Ijinkanlah aku untuk s'lalu pulang lagi Bila hati mulai sepi tanpa terobati Kalau bisa dibilang, Jogja adalah kota kedua yang paling berkesan. Entah apa yang direncanakan Allah, tapi beberapa kali aku ngerasa ditakdirin untuk dekat dengan kota ini. Dulu pas masih kecil ke Jogja ini inget karena punya Bude yang baik banget dan tinggal di sini, punya rumah bagus, yang ada banyak barang yang bisa "dimainin". Juga beberapa kali inget pernah ke sini ikut nonton pernikahan anak-anaknya Bude yang cewek semua dan dokter semua... Sekarang De-Dah (panggilanku untuk Bude Wardah) sudah semakin berusia, anak-anaknya juga sudah punya anak bahkan udah ada yang mau SMA, De-Dah sudah jarang di Jogja, seringnya muter-muter ke rumah anak-anaknya yang tinggal jauh-jauh, waktu berlalu cepet banget ya rasanya De? Pas SMP pernah diajakin lomba sama Pak Yani, Bareng Hoki dan Ratna kita ikut lomba cerdas cermat

Kerja, kerja, kerja

Bermula dapet tawaran magang di Subdit Kreativitas Mahasiswa UGM dari Mas Bondan pas lagi sibuk ngurus Gemastik di akhir semester 6 lalu. Karena dulu mikirnya semester 7 bakal selo ya sudah nyoba daftar dengan bikin CV sederhana, majuin diri sebagai "Graphic Designer" karena pas itu mereka juga lagi nyari tukang gambar. Diterima, dikenalin sama orang-orang dikantornya, ketemu sama Tohir, anak sastra Arab yang juga parttimer dan ternyata juga ikut lomba MTQ. Ada Pak Aas (big bos), Pak Yus (2nd big bos :)), Bu Peni, dan Pak Har yang jadi tim awal di subdit ini (Pas aku nulis ini tim kita udah nambah Bu Tari dan Mbak Shifa). Kantor ini kebetulan punya visi yang gak beda jauh sama OmahTI, mengayomi para calon juara UGM dari persiapan lomba, akomodasi, sampai insentif juara. Yang aku kerjain di sini? Pertanyaan itu sering banget ditanyain sama temen, jadi aku jawab di sini aja, banyak . Sebagai desainer grafis, aku ngurusin hampir setiap publikasi oleh subdit ini, bahkan ju

Post-Skripsi Syndrome

... Di atas sajadah yang panjang ini, Diselingi sekedar interupsi, Mencari rezeki mencari ilmu, Mengukur jalanan seharian, Begitu terdengar suara adzan, Kembali tersungkur hamba  ...  Sejak mulai yang namanya mencari nafkah secara "serius" dan udah gak disambi kuliah. Rasanya yang kepikiran suatu pertanyaan sederhana "untuk apa sih kita kerja?" Terus pertanyaan itu jadi kebawa ke pertanyaan selanjutnya.  Apa sih target akhir sebuah "bekerja" itu dikatakan berhasil? Ketika mendapat miliaran omset? Ketika bisnisnya sudah memonopoli pasar? Ketika kita sudah bisa mendapatkan pemasukan hanya dengan duduk terkantuk-kantuk? Terus berlanjut kepertanyaan selanjutnya, kayak seberapa keras kita harus bekerja? apakah kita harus berkonsentrasi penuh menghabiskan waktu kita untuk mencapai target akhir yang masih belum jelas juga jawabannya? Rasanya aneh ketika kita ngelakuin sesuatu yang kesannya gak ada ujungnya. Kita belajar pas sekolah atau kuliah ya