Singapore!: The Day Before

ceritanya mau foto kayak pasangan yang baru nikah sambil nunjukin buku nikahnya, tapi...

Alhamdulillah, tahun ini salah satu target terpenuhi lagi, ke luar negeri. Dari dulu SMA punya prinsip, "Gak mau ke luar negeri pertama kali kalau  untuk sekolah, maunya kalau gak lomba, ya naik haji". Dan tidak berhenti bersyukur, alhamdulillah, kali ini bisa pergi ke negeri orang, Singapore, dan bukan untuk sekolah.

City of The Future
Itu yang kebayang pertama ketika sampai di singapura. Bandaranya keren banget, karpet di setiap lantainya.

satu dari empat bandara di monopoli yang pertama kali aku datengin, Changi Airport

Jalanannya bersiih :3

Dan semakin kerasa ketika udah keluar bandara, naik MRT, dengan sistemnya yang cukup canggih, menuju NUS ngelihat betapa kerennya arsitektur kota singapura. Dengan jalanan dan gedung-gedung yang bersih, persis banget kota masa depan yang sering dibayangin. Udah gitu cara berpakaian orang di sini juga beda, kebiasaan, bahasa yang bisa beragam banget bener-bener kesan pertama adalah, "mungkin seperti inilah kota masa depan itu"

Day 1
Hari pertama di singapore kita sampai di sana jam 10 an waktu setempat, langsung naik MRT menuju NUS untuk menghadiri pembukaannya. MRT di sana udah canggih banget, untuk pembayaran kita diberi 2 metode pilihan, mau beli kartu untuk dipakai berulang kali atau beli tiket sekali jalan. Semua tim (kecuali Howard dan Carfin) beli kartu karena dirasa lebih gampang untuk transportasi, karena kartu ini juga berlaku untuk pembayaran transportasi di bus, dan beberapa tempat makan. Pengeluaran pertama di Singapore : $12

kartu ajaib yang nambah2in berkas-yang-harus-dibawa
Dalemnya MRT ini kayak kereta biasa sih, cuma mungkin lebih bersih dan fasilitasnya lebih terjaga, gak nemu kursi bolong, miring, atau lantai yang udah cuil-cuil (yang terakhir itu yang aku rasain barusan siang tadi di transjogja). Tapi yang menarik adalah ketika kalian memperhatikan orang-orang disekitar. Kebanyakan mereka sibuk dengan hp mereka (pas aku intip, kebanyak mereka main game! entah itu orang tua, bisnisman, atau anak muda), beberapa lain ngobrol dengan bahasa yang berbeda-beda india, cina, inggris atau melayu.

Sampai di NUS, lagi-lagi di bikin ndeso dengan kerennya gedung-gedung di sana. Pernah lihat perpus pusat UI yang bagus itu? ya di NUS hampir semua gedungnya sebagus itu :| Terus NUS ini gede banget, dengan jalan yang naik turun karena di atas bukit. Untuk menuju lokasi pembukaan di University Town, kita naik bus internal NUS.

Busnya (lagi-lagi) bersih, terus tempat duduknya cuma sedikit, kayaknya memang disediain buat berdiri. Yang keren lagi tentang busnya ini (bus NUS maupun bus di luar NUS) adalah nomor busnya yang gak ditempel atau dicat di busnya tapi ada papan LED yang munculin tulisan nomor bus dan sekilas rutenya di bagian depan kaca. Jadi lebih praktis kalau mau diganti, dan juga lebih kebaca walaupun malem-malem.

Setelah pendaftaran dan pembayaran hal-halnya di registrasi, kita naik ke lantai ates buat makan siang karena udah lapar banget. Ada foodcourt kecil dengan beragam makanan, Indian food, Japanese, Indonesian, bahkan ada masakan padang :v dan bisa ditebak kita beli apa. Nggak kita gak beli nasi padanglah --" tapi kita beli ke warungnya itu karena yang jual pake jilbab jadi agak yakin kalau makanannya halal, kita beli nasi lemak seharga $2.xx. Nasinya banyak, rasanya enak, dan katanya ini menu paling murah di situ, padahal kalau diconvert itu udah sekitar Rp25ribu ._.

aku gak tahu itu siapa tapi gak sengaja jadi pas ditengah foto gitu

Pas makan di situ dan memperhatikan sekitar, aku akhirnya punya 2 kesimpulan menarik tentang kehidupan di singapura. Yang pertama, gawat, makanan di sini pasti mahal-mahal banget ._. ini nasi lemak lauk ayam goreng sayap sebiji aja hampir 25ribu dan ini udah paling murah, minuman-minuman aja harganya bisa sampai $4 an, kalau sekolah di sini kalau gak pinter banget dan dapet beasiswa, kamu mesti kaya banget untuk njajan di kampus sini. Yang kedua, gaya pakaian wanita di sini BERANI banget. Banyak banget cewek di sini yang pake celana yang panjangnya cuma gak sampe setengah paha mereka ._. ini apa-apan.... sebenernya ini udah kerasa di perjalanan sebelumnya pas di bandara dan stasiun MRT tapi ketika lihat betapa banyaknya di sekitaran kampus ini cewek yang berpakaian seperti itu, aku baru berani ambil kesimpulan, beginilah budaya mereka.

Setelah ngikutin presentasi keren dari Steven Halim, penulis buku Competitive Programming, kita pergi sesi latihan di ruang perlombaan di School of Computing (naik bis lagi). Tempat lomba besok udah mirip di world final, di ruang gede gitu dengan meja yang udah tersusun rapi. Di sini juga kita baru bisa sholat karena di sini udah disediain tempat sholatnya.

sayangnya tempat duduk timku ada di bawah lantai stadium penonton --" gak bisa difoto
Soal pemanasannya soal penyisihan kemarin dan untuk 20 tim yang AC pertama akan dapet balon, dengan sedikit inget-inget ini soal apa, akhirnya tiap tim dari UGM berhasil masuk 20 tim itu dan dapet balon hijau. Di sesi latihan ini aku gak ngoding sama sekali --" karena lupa soal-soalnya juga keyboard laptopnya susah banget.

ketemuan dengan Pak Pekik di School of Computing, foto sebelum practice session

Setelah practice session kita pergi ke asrama, naruh barang dan beres-beres kamar. Kamarnya lumayan bagus dan menyenangkan, jendelanya gede, terus kerasa banget kekeluargaan anak-anak di asrama dengan lihat foto-foto mereka yang bejibun ada di lift, di tembok-tembok, di pintu-pintu kamar. Juga dari foto-foto itu aku semakin yakin dengan kesimpulan poin kedua yang aku ambil di foodcourt tadi --"

terima kasih buat Pak Pekik atas traktirannya :)

Malemnya kita diajak Pak Pekik makan malam di McD di fakultas Tekniknya NUS bareng sama anaknya yang juga ada di Fisika NUS. Gak ada nasi, kita makan Big Mac aja pas itu karena yang kayaknya paling menjanjikan untuk kenyang (untungnya beneran kenyang). Lalu lanjut jalan ke Clementi Mall buat beli keyboard (karena ngoding dengan keyboard laptop itu bakal makan waktu banyak) dan Converter colokan (di Singapura lubang colokannya kaki 3 semua, gak ada yang kaki 2) terus jalan kaki sebentar ke Fair Price Supermarket buat beli snack.


Di Fair Price nerapin metode nyari snack:
1. Cek apakah ada tulisan halal?
2. Cek apakah tidak dibuat di Indonesia?
Kalau keduanya true, baru dibeli. Akhirnya dapet makanan-makanan unik, seperti Kopi Capuccino merek Pocka buatan malaysia yang kerasa aneh karena ini kopi dengan botol seukuran botol air 600ml. Terus Es Cream Milo yang hasil patungan sama Krisna. Juga Oreo wafer, yang katanya anak-anak, gak ada di Indonesia dan Widardi beli sampe sekerdus besar wafer ini.

oreonya masih ada di kos-kosan
Udah, ketika sampai di asrama, kita udah istirahat masing-masing, sholat, aku nyobain keyboard sebentar terus mbaca-mbaca brosur seputar singapura, dan ngabarin orang-orang tersayang di Indonesia tentang singapura di sini (baru dapet internet di asramanya).

Masih bersambung...

Acknowledgment: Tidak lupa aku ucapin terima kasih buat Jonathan Mulyawan, ambassador dari NUS yang udah mau nemenin kita ke mana aja yang kita mau :3

Komentar

  1. Mantap yan! Btw, singapur memang salah satu negara yg biaya hidupnya paling mahal sedunia, bahkan ngalahin bbrp negara di eropa. Dan setuju bgt sama transportasi umum dan nyaman. Sebagai pejalan kaki pengguna setia transportasi publik sejak jaman dahulu kala, aku juga jadi selalu ngebanding2in transport di satu tempat sama tempat lain. Anyway, ditunggu lanjutan ceritanya :D

    BalasHapus

Posting Komentar

Tinggalkan jejak disini

Postingan populer dari blog ini

Sudah halalkah Font kita?

My Font

Singapore!: The Contest