Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2014

The Swordless Samurai: Kepemimpinan ala Jepang

Gambar
Jadi pingin sharing sebuah buku yang menarik banget, berjudul "The Swordless Samurai". Kegiatan rutin bulanan, nge-random datang ke toko buku buat nyari bahan bacaan biar kamar nggak terlalu membosankan karna hal-hal berbau komputer, dan akhirnya nemu buku The Swordless Samurai ini. The Swordless Samurai, merupakan buku biografi yang cukup inspiratif, mengisahkan kisah kehidupan pemimpin legendaris Jepang, Toyotomi Hideyoshi. Buku ini memang buku biografi, tapi menarik banget buat dibaca.  Ditulis dengan sudut pandang orang pertama, bikin kita ngerasa terbawa ke Jepang di abad 16. Kita bisa belajar tentang bagiamanakah kehidupan kekaisaran, peperangan, samurai, dan kondisi sosial Jepang pas itu. Selain itu, buku ini juga membuat pembaca merasa langsung dibina oleh Hideyoshi tentang poin-poin penting seputar kepemimpinan. Banyak prinsip-prinsip penting yang selalu dicatat di akhir setiap kisahnya, tentang bagaimanakah seorang pemimpin itu seharusnya, sikap, dan keputu

Alumni

Sebuah predikat yang diberikan ke seseorang sesudah 'masa'nya. Sebenernya ini juga merupakan tanggung jawab. Ketika kita masih di SMA, maka kita punya tanggung jawab sebagai siswa SMA. Dan ketika kita sudah lulus, maka kita punya tanggung jawab sebagai alumni. Menjadi alumni menurutku jauh lebih sulit dan lebih berat dibanding ketika jadi pra-alumni biasa. Karna ketika kita telah jadi alumni, kita sudah berada pada lingkungan yang berbeda, tapi mesti tetap berprilaku atas nama lembaga yang memberi kita predikat ini. Sungguh malu kalau dengar, "X, Alumni SMAN 5 Surabaya terlibat korupsi" atau "Dia dulu adalah pengurus di organisasi rohis, tapi sekarang suka mabuk-mabukan". yah, yang kalimat kedua itu kata alumni muncul secara implisit. Selesai tanggung jawab di suatu lembaga bukan berarti bener-bener sudah. Kita baru saja mendapat gelar alumni, yang gelar itu tidak ada masa akhirnya, yang jauh lebih berat, yang jauh lebih diperhatikan, dijadikan contoh.

Beautiful Mind

Itu sebenernya judul film. sayangnya aku gak seberapa suka filmnya, soalnya itu film yang berawal dari kisah nyata, tapi malah bagian-bagian yang bagus adalah tambahan-tambahan fiktif belaka. Tapi di balik judul itu aku punya cerita menarik. Entah kenapa, sejak SMA aku mulai ada rasa terhadap seseorang, oh maaf, beberapa orang. Nggak tahu ini bermula tepatnya mulai kapan, sepertinya sejak aku duduk bareng Arief yang mesti bikin aku sabar setengah mati. Ya, dilatarbelakangi duduk sebangku dengan orang paling menyebalkan sesekolah saat itu, semoga nggak saat ini :p, aku jadi belajar banyak gimana cara berinteraksi dengannya. Aku terpaksa mengikuti polanya dan masuk di sistemnya. Dan ternyata, belajar memahami sebuah sistem ini yang menjadi momen paling menarik dan berkesan. Dan kayaknya sejak saat itu aku jadi semakin marak kenalan dengan orang dan menikmati belajar memahami cara berpikir mereka. Apalagi sejak gabung di beberapa organisasi dan tim olimpiade, semakin banyak orang yang