Panggilan Mengajar

H-7 jam UTS Sistem Operasi, dan aku belum tidur, juga belajar sama sekali...

ya, setelah pos random masalah wanita yang 'nomention' beberapa saat lalu, aku dapet tawaran mengajar lagi di Sekolah X (nama disamarkan). Sebenernya tawaran itu aku dapet di kereta perjalanan pulang dari Bandung setelah final gemastik beberapa minggu lalu (oh ya, aku belum cerita, aku lolos final gemastik lho, ada banyak oleh-oleh dari Bandung kemarin, insyaAllah aku buat post tersendiri).

Jadi ceritanya aku lagi capek-capeknya dan setengah ngantuk tiba-tiba dapet telpon dari seseorang dan mbahas percakapan serius tentang tawaran mengajar. Off course, karena masih setengah idup pas nerima telepon itu jadi ya aku gak berpikir panjang dan berkata "Ya Pak, InsyaAllah bisa"

Jadi aku punya prinsip dalam mengajar, ya karena aku punya cita-cita jadi guru, salah satunya:
 "Selama aku menguasai ilmunya, minimal sudah lebih dari 80% keyakinan benarnya, aku mau ngajar"

nah, karena aku rasa prinsip itu sudah memenuhi pas setengah ngantuk itu, aku langsung terima tawaran itu. Sampai akhirnya...
aku baru sadar, kalau tanggal segitu ada UTS dan aku juga gak ada transport untuk ke sana. #JengJeng. Karna sudah nerima amanah, ya mesti tanggung jawab, ya sudah lah, semangat aja.

- beberapa saat berlalu -

wah, ternyata ribet banget. Masalahnyamengerucut jadi cuma satu. Aku gak ada transport, udah, ini yang paling ribet. Alhamdulillah jadwal UTS masih bisa diatur. Tapi kalau masalah transport, weh weh. Akhir-akhir ini sampai sering pinjem motornya Ashadi atau ngerental motor di Pak Man, juga pinjem helmnya Erwin atau Rochana (makasih semuanya). Dan di titik sumpek itu aku coba minta tolong ke mas-mas super untuk bantuin ngajar karna awalnya aku ngajar sendirian.

Dan jawaban salah seorang dari mereka:
"Ah, kamu sih nerima tawaran mereka, tolak aja, kan kita juga lagi UTS, bayarannya sedikit juga, jangan mau diperbudak sekolah itu"

sumpah, ini jawaban jleb banget rasanya. Apalagi dua statemen terakhir, "bayarannya sedikit" dan "jangan mau diperbudak". Aku berhusnudzon ini cuma bercandaan. Tapi ini membuatku mikir.

Dan Pikirku saat itu:
Dari dulu aku ingin jadi guru, ingin punya sekolah. Karena menurutku, ini salah satu jalan terbaik untuk menyelamatkan dunia. Memperbaiki generasi.

"Generasi terbaik itu bukanlah generasi yang paling berprestasi melainkan generasi yang mampu mencetak generasi setelahnya lebih baik lagi hingga mampu mencetak generasi setelahnya lebih baik", by someone from SMAN 5 Surabaya

lagi UTS?
awalnya aku juga sedikit deg-degan, tapi aku cukup PD bisa mengatur jadwalnya, dan Alhamdulillah masih bisa, jadi entahlah, aku kurang mempermasalahkan ini, karena menurutku selama mau ngatur jadwal dengan baik inysaAllah gak masalah. apalagi UTS semester ini bener-bener semakin membuka mata tentang gurita dunia pendidikan yang ah, nanti aku post deh insyaAllah.
  
Diperbudak institusi?
Sebenernya, aku kalau ngajar gak pernah liat siapa yang nyuruh, tapi siapa yang aku ajar. Karena ketika di dalam kelas aku berkuasa lebih ketimbang siapa yang nyuruh aku ngajar. Apa yang aku sampaikan adalah tanggung jawabku. Ini bukan soal menerima uang dan aku bekerja, tapi ini soal memberi. Jadi maaf, aku tidak merasa diperbudak institusi. Urusan arsip-arsip nilai atau apalah itu belakangan. Intinya aku sudah memberi harapan, para murid sudah berharap, dan memberi harapan yang kosong apalagi untuk murid, insyaAllah itu bukan tipeku.

Urusan biaya itu juga belakangan. Kalau yang ini dari dulu juga udah gitu. Kalau diniatkan untuk uang, ya ingetnya sakit hati, hehe, kan cuma dapet dikit, dan cuma itu aja. Tapi kalau di niatkan untuk yang lain, insyaAllah berkah

"Segala amal itu tergantung niatnya, dan setiap orang hanya mendapatkan sesuai niatnya" [HR Bukhari dan Muslim]

Ya, kata-kata mas itu bikin teringat oleh prinsip yang lain.

"Cukuplah peduli terhadap siapa yang kau ajar, bukan terhadap organisasi yang membuatmu bisa mengajar"

Bikin tambah semangat. Toh, bener juga, tidak bisa kita menyelamatkan dunia hanya dengan bermodal sandal, Jer Basuki Mawa Bea. Makasih mas, you make me thinking...

"No Pain No Gain", kata-kata yang banyak muncul di sekolah itu.

"Ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri andayani", amazing quotes from Indonesian People, Ki Hadjar Dewantara


Red Gate, Todai University, mengingatkan pada kisah pendidikan yang bagus dari serial drama Dragon Zakura. ya sayangnya di serial itu sensei nya ceritanya lagi nyari uang --

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sudah halalkah Font kita?

My Font

Singapore!: The Contest